STRUKTUR INTERAKSI
KELOMPOK ELIT DALAM PEMBANGUNAN
Penilitian di Tiga Desa Santri
(Sunyoto Usman)
Dalam
sosiologi, konsep Elit biasanya didefinisikan sebagai anggota suatu kelompok
kecil dalam masyarakat yang tergolong disegani, dihormati, kaya serta berkuasa.
Mereka adalah kelompok minoritas superior. Sedangkan massa adalah kelompok mayoritas inferior. Ada dua penjelasan pendapat tentang kelahiran
kelompok elit yaitu lahir secara alami dan lahir akibat kompleksitas organisasi
sosial. Kelompok elit juga diisi oleh informal
leaders. Dalam masyarakat masih ditemukan tipologi elit lain yang berada di
luar garis birokrasi (non-legitimated
elits).
Fenomena desa santri dalam studi
masalah pembangunan dan struktur interaksi kelompok elit tampil menjadi episode
yang menarik karena di desa lazimnya masih ada dominasi figur tokoh agama. Ada
tiga macam pendekatan yang digunakan untuk mengindetifikasi kelompok elit,
yaitu : positional approach, reputational
approach, decisonal approach. Perlu diketahui bahwa boleh jadi seorang elit
dari kategori atau pemuka agama memiliki tanah yang relatif luas di desanya dan
pekerjaannya juga sebagai petani masih tetap dikategorikan sebagai elit petani.
Ada dua alasan penting mengapa tiga
desa santri dalam wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dipilih sebagai lokasi
penelitian, yaitu : banyak jumlah anggota masyarakat yang menjadi pengikut
thoriqot Qodiriyah Naqsabandiyah, anggota masyarakat ketiga desa tersebut
memiliki daya dukung yang kuat terhadap ketahanan organisasi sosial politik
islam.
Dalam menghitung data, penelitian
ini menggunakan progaram komputer network
analysis yang dirancang oleh Robert Kylberg (1986). Kedudukan elit dalam
jaringan dapat dikategorikan manjadi tiga macam, yaitu : the liaison, the bridge, the ember, the isolated. Dalam kehidupan
masyarakat desa yang relatif masih terisolir, mempertahankan struktur macam itu
tidak terlalu menjadi masalah karena kepentingan politik mereka belum terlalu
kompleks. Sedangkan dalam kehidupan masyrakat desa yang terbuka, kebutuhan
sosial tidak lagi bersahaja, sebab tuntutan dan kemauan anggota masyarakat
mulai majemuk.
Analisis
Bacaan I
1.
Asosiatif
Kerjasama
·
Antar
individu : Kerjasama antar anggota elit pamong desa dalam menyukseskan
pembangunan, kerjasama antara ketua KUD dengan pamong desa, interaksi antara
PPL dengan ketua kelompok tani, kerjasama antar PPL pembangunan
·
Antar
Individu dan kelompok : Interaksi pemuka agama dengan masyarakat dalam kegiatan
keagamaan, elit dengan pemerintahan
·
Antar
kelompok : Kerjasama antara pemerintah dengan anggota masyarakat sebagai agen
perubahan dalam membangun desa, kerjasama antara LMD dan LKMD sebagai penyusun
rencana serta mengevaluasi implementasi
Akomodasi
·
Akomodasi
antar individu dan antar individu dan kelompok tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
kelompok : Kelompok-kelompok elit sebagai penghubung
Asimilasi
·
Asimilasi
antar individu dan antar individu dan kelompok : tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
kelompok : Antara elit-elit dalam masing-masing klik
2.
Disosiatif
Persaingan
·
Antar
individu : adanya persaingan dalam pemilihan pamong desa
·
Antar
individu dan kelompok : tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
kelompok : Persaingan antar kelompok pamong desa, petani dan pemuka agama untuk
mendapatkan porsi yang besar dalam pengambilan keputusan, persaingan antara
partai-partai politik dalam memperoleh jumlah suara
Kontravensi
·
Antar
Individu :Pamong desa lebih banyak menjalin interaksi dibanding dengan petani
kaya dan pemuka agama.
·
Antar
individu dengan kelompok : tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
kelompok : Kelompok minoritas memiliki kapasitas personal yang lebih potensial
daripada massa.
Konflik
:
tidak ditemukan dalam bacaan
TOLONG BANTU PERBAIKI
PERTANIAN KAMI
Muhammad Syaifullah
Pertemuan antara beberapa jagawana
yang dipimpin Ade Suharso dengan beberapa tokoh masyarakat di Kondolo sangat
menyejukkan. Kepala Dusun Kandolo, Manap, mengungkapkan bahwa ia tahu bahwa
tugas beberapa jagawana adalah untuk menjaga hutan. Tetapi, warga sendiri
terpaksa membuka hutan untuk mempertahankan hidup.Umumnya, masyarakat disini
jual mancari kayu untuk dijadikan kayu arang. Hal senada juga diungkapkan oleh
Andi Mappotolo, tokoh masyarakat Kondolo.
Setelah pertemuan itu, Ade Suharso
mengatakan kepada kompas bahwa dusun-dusun yang sulit ditemui karena para
petugas jagawana tidak berani untuk berlama-lama di daerah itu karena mereka
dimusuhi. Perlawanan warga ini merupakan bentuk penolakan paling keras terhadap
upaya Balai TN Kutai melakukan penyelamatan kawasan hutan konservasi ini.
Menurut Ade Suharso, ketegangan terjadi karena terputusnya komunikasi antara
kedua belah pihak. Menurut Tony, pengelolaan TN Kutai sekarang ini tidak pernah
memperhatikan comunity development
terhadap pemukiman di dalam kawasan.
Masyarakat yang bermukim di kawasan
TN Kutai mencapai 15.000 orang atau mencapai 3.000 kepala keluarga. Kompas
menyaksikan, bahwa warga yang mencari kayu arang hanya bisa dihitung dengan
jari. Yang banyak terlihat justru perkebunan-perkebunan rakyat secara
besar-besaran, penebangan dan pengangkutan kayu ulin, pengkaplingan lahan dan
pengusahaan tanah. Para pelaku ini bukan hanya rakyat kecil, tetapi juga orang-orang
bermodal dan beberapa oknum Kepala Desa serta Babinsa setempat juga ikut
membagi-bagi lahan didaerah ini. Menurut Tonny, warga setempat dengan orang
luar sudah ada saling kerja sama dalam pembagian lahan TN Kutai.
Menurut Tony, sebenarnya kita sudah mengetahui
siapa-siapa saja yang menjadi pelak perambahan di hutan ini, bahkan polisi juga
mengetahuinya. Tetapi penegak hukum tidak dilakukan oleh polisi. Perusahan
pertambangan batubara terbesar di Kaltim, perusahan pupuk PT Pupuk Kaltim, dan
perusahan kilang pengelolahan gas alam cair PT Badak adalah magnet bagi para
pencari kerja untuk terus berdatangan. Menurut Direktur Yayasan Bina Kelola
Lingkugan (Bikal), Adief Mulyadi, persoalan TN Kutai tidak bisa dilihat secara
parsial. Beban terbesar yang diterima TN Kutai sejak awal, yakni tidak adanya
singkronisasi kebijakan hutan antara pemerintah pusat, pemda Kaltim dan pemda
Kutai. Kata Adief, kebijakan penetapan tiga desa definitif tidak disesuaikan
oleh kebijakan pengelolaan TN Kutai. Akibatnya, tidak ada batasan yang jelas
wilayah-wilayah desa mereka dan kawasan TN Kutai sendiri.
Analisis
Bacaan II
1.
Asosiatif
Kerjasama
·
Antar
Individu : Ade Suharso dengan salah satu tokoh masyarakat dalam mencari jalan
keluar dalam masalah penebangan hutan.
·
Antar
Individu dan Kelompok : Kerjasama antara Ade S dengan warga ketika mengadakan
dialog terbuka
·
Antar
kelompok : Warga setempat denag orang luar tentang pembagian TN Kutai
Akomodasi
·
Antar
Individu : tidak terdapat dalam bacaan
·
Antar
Individu dan Kelompok : Petugas jagawana mendatangani Kades Sangkimah untuk
meluruskan persoalan temuan kayu oleh petugas jagawana.
·
Antar
Kelompok : Balai TN Kutai menjadi mediator dalam meredakan kesalahpahaman
antara masyarakat dusun Kandolo dengan pemerintah.
Asimilasi : tidak ditemukan
dalam bacaan
2.
Disosiatif
Persaingan
·
Antar
Individu dan antar individu dan kelompok : tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
kelompok : Bantuan dari mitra TN Kutai untuk pembinaan masyarakat hanya di
daerah pinggiran buffer zone TN Kutai
Kontravensi
·
Antar
Individu : tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
individu dengan kelompok : Kontravensi dalam bentuk umum berupa sanggahan tokoh
masyarakat Kandolo pada petugas jagawana.
·
Antar
kelompok : Ketegangan yang terjadi antara petugas engan masyarakat karena putusnya
hubungan kedua belah pihak, pengelolaan TN Kutai selama 20 tahun terakhir tidak
pernah memperhatikan community
development , tidak adanya sinkronisasi kebijakan soal hutan ini antara
pemerintah pusat, Pemda Kaltim, dan Pemda Kutai
Konflik
·
Antar
individu dan antar individu dan kelompok : tidak ditemukan dalam bacaan
·
Antar
kelompok : Para petugas jagawana dihadang massa dan diancam kendaraan mobil
mereka akan dibakar oleh massa
No comments:
Post a Comment